Karena masih nuansa memperingati kemerdekaan RI, cerita kali ini merupakan pengalaman orangtua kakek nenek semasa perang yang mungkin juga dialami kakek/nenek kalian. Setiap dalam acara tirakatan 17 Agustus dikampungku sering di isi kisah heroik pengalaman semasa perang cerita asli dan bukan rekayasa. Namun kali ini tidak membahas tentang aksi heroik saat perang (mungkin lain kali aja).
Saat itu masih era penjajahan Belanda setiap malam diberlakukan jam malam sehingga semua warga dilarang keluyuran malam diatas jam tertentu, Kalau ada patroli tank Belanda lewat depan rumah tanahnya bergetar seperti ada gempa bumi ringan, sebenarnya tidak semua tentara Belanda itu bengis dan kejam mereka juga manusia sama seperti kita (bukan berarti mendukung lho). Terhadap anak kecil dan warga sipil tetap ramah kadang suka ngasih roti pada anak-anak yang ditemuinya dijalan tapi mereka juga bisa kejam jika ada perintah komando untuk menyisir membunuh siapa saja yang menentang membantu para pejuang, ada juga yang mengaku terpaksa melakukan penyiksaan atau pembunuhan penembakan karena perintah dari komando pimpinannya tapi rata rata malah menikmatinya setelah minum2 alkohol ckckck.
Seperti anak anak pada umumnya yang suka memungut benda untuk dijadikan mainan, Ayahku yang masih bocah suka memungut selongsong peluru dan amunisi sisa-sisa pertempuran di jalan namun sial bagi temennya yang malah mengambil granat yang dikira udah tidak aktif malah meledak akibatnya salahsatu jarinya putus untung masih selamat (sekarang beliau udah tua meninggal: guru ngajiku). Kebiasaan ayahku tersebut diketahui kakek shg seluruh selongsong amunisi langsung dibuang ke sungai karena ada kejadian ada anak kecil yang bawa selongsong peluru saat melintas dijalan bersama bapaknya diketahui oleh patroli Belanda yg lagi lewat shg bapaknya langsung ditembak mati dikira sebagai salahsatu pejuang, mayatnya dilempar ke sungai (kebiasaan tentara Belanda membuang mayat ke sungai lalu diambil & dikubur oleh warga sipil)
Kalau ada kabar Belanda mau menyisir kampung, semua warga segera mengungsi sembunyi ke perbukitan sekitar gua-gua di seberang sungai harus menyeberang (tempat mengungsi yang sama saat ada isu tsunami beberapa menit pasca gempa bumi Jogja 2006). Sedangkan warga yang sakit gak bisa jalan terpaksa ditinggal keburu Belanda datang, Kalau ada serangan udara semua warga menunduk dan kalau bisa menjauhi rumah/bangunan karena bisa jadi sasarannya adalah rumah2.
Sumber gbr: andow.defiantart.com
Alhamdulillah, atas Izin Allah perjuaangan orang dulu membuat kita nyaman sekarang..
BalasHapusOleh karena itu kita harus menghormati jasa2nya, memperlakukan ayah ibu kakek nenek dengan baik dan santun serta senantiasa mendoakannya setiap selesai sholat.
HapusKunjungan balik kak Huda...
BalasHapusBetul kata akh wahyu di atas... smg kita bs melanjutkan perjuangan mereka dg mengisi kemerdekaan ini dg berbagai hal positif. :)
Masih kuingat dulu saat SD kelas 1-2 pelajaran PMP (pendidikan Moral Pancasila) sekitar th 1989 - 1990 ada pertanyaan apa tugas kita sebagai generasi muda jawaban yg benar waktu itu adl mempertahankan kemerdekaan lalu selang setahun kemudian kira2 mulai th 1992 jawaban tsb diubah menjadi mengisi kemerdekaan dg belajar dan hal2 positif (berlaku hingga kini). Kenapa jawabannya berubah? mungkin karena waktu itu (sebelum th 1992) dianggap masih ada kemungkinan yg mengancam persatuan kedaulatan negara spt pemberontakan PKI era th 60-an.
Hapus@Harum
BalasHapusPerlu upaya keras dan dukungan semua pihak untuk mewujudkan harapan tsb, kendala utamanya adl tidak semua mendukung jadi sulit mewujudkannya.